Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh umat setiap tahun perlu diketahui sejarahnya. termasuk sejarah keberadaan Ka’bah sebagai tempat tawaf jamaah haji dan jamaah umroh. Hal ini bukan hanya penting bagi muslim muslimah yang telah mendaftar ibadah haji, tapi juga penting diketahui oleh semua kaum muslimin yang ada di muka bumi ini.
Ibadah Haji Sebagai Ibadah Tertua
Ibadah haji adalah ibadah tertua yang dilakukan oleh makhluk Allah di muka bumi. Ibadah ini bukan hanya disyariatkan sejak masa Nabi Ibrahim Alaihissalam yang diperkirakan hidup sekitar tahun 1997–1822 sebelum masehi. Itu berarti sejak hampir 40 abad yang lalu. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Allah SWT telah membangun Ka’bah sebagai tempat untuk ibadah sejak belum diturunkannya Nabi Adam Alaihissalam dan istrinya ke muka bumi (1)
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imran: 96)
Keberadaan Ka’bah Sebagai Tempat Tawaf
Dalam kitab tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Quran, Al-Imam Al-Qurthubi menukil pendapat Mujahid yang menyebutkan bahwa Allah SWT telah menciptakan tempat untuk Ka’bah ini 2.000 tahun sebelum menciptakan segala sesuatu di bumi. Sedangkan Al-Imam Ath-Thabari dalam Kitab Tafsir Ath-Thabari, menukil pendapat Qatadah yang mengatakan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang didirikan Allah, kemudian Nabi Adam alaihissalam bertawaf di sekeliling nya, hingga seluruh manusia berikutnya melakukan tawaf seperti beliau. (2)
Baca Juga
Allah SWT mengutus malaikat turun ke bumi pada zaman sebelum diciptakannya manusia, untuk membangun masjid yang pertama di dunia. Setelah selesai dibangun, maka para malaikat itu melakukan tawaf di sekeliling Ka’bah itu.
Entah berapa lama masjid atau Ka’bah itu berdiri hingga turunnya Nabi Adam Alaihissalam ke muka bumi dan mulai bertempat tinggal di sekeliling Ka’bah.(3) Qatadah juga menyebutkan bahwa ketika terjadi tufan, atau banjir bandang global di masa Nabi Nuh alaihissalam, Ka’bah diangkat ke sisi-Nya untuk diselamatkan dari azab kaum Nuh. Kemudian Nabi Ibrahim Alaihissalam diberi wayhu oleh Allah SWT. Untuk menemukan asasnya, lalu beliau diperintahkan untuk membangun kembali Ka’bah itu di atas bekas-bekasnya dahulu bersama putra beliau, Nabi Ismail Alaihissalam. Sejak itu bangunan Ka’bah kembali menjadi tegak dan menjadi pusat peribadatan sekian banyak umat manusia yang datang dari tempat-tempat yang jauh. (4)
Puncak Dakwah Nabi Muhammad Saw
Di sisi lain, peristiwa ibadah haji juga menandai puncak keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW. Itulah momentum Haji Wada’ (perpisahan) yang merupakan ibadah haji yang pertama kali dilakukan oleh beliau sekaligus ibadah haji yang terakhir. Beberapa saat setelah momentum ibadah Haji Wada’, Rasulullah SAW pun menutup mata dipanggil Allah SWT Sang Pencipta. Namun peristiwa itu dikenang abadi di dalam benak umat Islam, serta tertulis dengan tinta emas sejarah. Pada peristiwa Haji Wada’ itulah Rasulullah SAW. memberikan wasiat-wasiat terakhirnya. Rasulullah membuka khotbahnya dengan ucapan:
“Wahai umat manusia, dengarkanlah apa yang akan aku katakan ini! Boleh jadi selepas tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selamanya.“ Apa yang kita rasakan seandainya turut hadir di sana saat itu, dan ikut meresapi secara mendalam kalimat yang disampaikan Rasulullah SAW tersebut dengan penuh yakin? Kita pasti akan terdiam dan badan pun akan gemetar. Kalimat “Boleh jadi selepas tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selamanya“ seakan mengisyaratkan bahwa tidak lama lagi Beliau Nabi Muhammad SAW akan segera berpisah dengan umatnya. Seratus dua puluh empat ribu sahabat yang hadir dalam Khotbah Arafah itu mendadak menjadi hening, semua terdiam, khusyuk mendengarkan khotbah Rasulullah saw. selanjutnya.
“Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda (sebagian) kalian (atas sebagian kalian) adalah haram, sebagaimana haramnya hari (kalian berada) di sini, di bulan (kalian berada) di sini, di negeri kalian (Tanah Haram) ini”
Inilah pesan pertama yang disampaikan Rasulullah saw. dalam khotbah nya. Tidak boleh mengambil hak orang lain dan tidak boleh menumpahkan darah, membunuh sesama muslim. Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan:
Bahwa segala bentuk perbuatan dan kebiasaan di masa jahiliah tidak boleh ber laku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliah juga tidak boleh berlaku lagi… (Segala bentuk) riba jahiliah juga tidak boleh berlaku lagi!“.
Kiranya pesan yang pertama sangat berkait dengan pesan Rasulullah SAW yang kedua, bahwa mengambil hak orang lain, saling bunuh dengan tujuan balas dendam merupakan kebiasaan orang-orang jahiliah. Pada bagian yang kedua ini Rasulullah SAW menegaskan bahwa segala hal yang dibanggakan dan dipraktikkan oleh orang-orang di masa jahiliah sebelum datangnya Islam, tidak boleh berlaku lagi, termasuk praktik riba, tidak boleh lagi ada.
Bagi yang ingin mengetahui biaya haji tahun ini silahkan lihat di Biaya Haji Langsung Berangkat atau di Biaya Haji Khusus
- Tafsir Al-Qurthubi jilid 3 hal. 58
- Tafsir Al-Thabari jilid 6 hal. 21
- Dalailunnubuwah jilid 1 hal. 424
- Tafsir At-Thabari jilid 6 hal. 21
1 Comment
[…] Haji: Ibadah Tertua […]